Tentang
sebuah pengharapan!
Keinginan
untuk mejadi seperti apa di masa depan!
Seseorang
di masa usia dewasa awal kebanyakan memiliki mimpi, bahkan di setting dari masa remaja akhir.
Lalu, apa
hanya aku yang tidak memiliki mimpi?
Pertanyaan
yang muncul di masa remaja akhir ku. Menghilang pada masa transisi remaja ke
dewasa ku karena aku berhasil melanjutkan study.
Kemudian kembali mencuat di masa dewasa awal ku yang sebentar lagi berganti
ke pertengahan.
Aku iri
dengan mereka, bahkan dengan mimpi mereka yang terdengar konyol. Seperti “aku
ingin menjadi make-up artist”, “membuka salon”, “membuka restaurant”, bahkan sampai pada tingkat “menjadi anggota dewan”.
Tapi aku,
bahkan tidak tahu apa yang ku sukai. Aku tidak tahu mau menjadi apa. Aku
seperti orang bodoh. What’s on earth must
be happen to me?
Sampai pada
satu titik, apa mimpi kedua orang tuaku?
Apakah
mimpi milik mereka tercapai?
Jika tidak, apa akhirnya hidup mereka merasa bahagia?
Aku belum
tanyakan ini pada abah, namun satu yang ku yakini. Pengharapan abah yang selalu
ia katakan “Cukup anakku tetap sehat, makan dengan baik, bergaul dengan orang
lain untuk menjadi baik, tidak lupa memberi kabar, dan tetap pulang ke rumah”.
Lalu umi yang selalu bilang “Cukup anakku tidak kedinginan, dan tidur dengan
baik” dengan segala bekal yang ia siapkan dan menurutku selalu berlebihan.
Aku selalu
gagap untuk berbicara tentang mimpiku karena kebingungan.
Aku tidak
bisa berbicara dengan baik terhadap orang-orang.
Dalam
pencapaian lainnya “Tidak apakan kalau aku tak memiliki mimpi? Apakah hidup
tidak akan kunikmati tanpa memiliki mimpi? Apakah aku akan berdosa jika tidak
memiliki mimpi?”.
Hal yang
lainnya, Abah dan Umi selalu bilang “Jangan lah kau seperti kami. Ambilah sisi
baik dari kami”. Aku selalu berlalu dengan berpikir ketika di ajak berbicara
untuk hal seperti itu di masa remajaku.
Entah harus
menyesal atau tidak, yang jelas sampai pada kalimat terakhir ini pun aku masih belum
memliki mimpi. Karena yang kulihat kedua orang tuaku tampak hidup baik meskipun
tidak menjelaskan apakah mereka sempat berhasil dengan mimpi mereka sebelum
memutuskan untuk hidup dan mengganti mimpi mereka dengan tuntutan tanggungan
apapun untuk menjadi kedua orang tua yang baik.
Hanya saja
aku tetap tampak bodoh karena tidak memiliki mimpi.
… yang tidak belum memiliki mimpi,
Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar