ALien sereniTY

Minggu, 27 Agustus 2017

Ungkapan Warna Yang Kuberikan Untuk Sidang Pertama si keCe 13

25 Agustus, kali pertama @fisikakece13 berhasil mendobrak pintu kelulusan untuk meraih gelar dan pengertian mereka terhadap hasil dari pembelajaran selama empat tahun yg rumit.
Kusempatkan mengantar dan memberikan ucapan lewat beberapa warna yg ingin kusampaikan.

Merah pada bunga: ialah apresiasi keberanian yg mereka tunjukan dengan energi dan semangat yg bergairah berhasil memberikan kekuatan untuk mengantarkan mereka dalam capaian yg setimpal.

Hijau pada daun yg kusembunyikan : ialah makna kedamaian dari empat tahun kerumitan yg akan mereka raih karena berhasil menyeimbangkan segala sesuatu hal untuk mencapai tujuan.

Kuning yg membungkus hijaunya daun : ialah energik dan optimis yg menyembunyikan kedamaian yg dicapai dalam hati mereka sehingga menimbulkan keceriaan atas pencapaian yg telah diraih.

Biru pada kertas : Kusampaikan beberapa harapan agar mereka tetap stabil dalam pencapaian mimpi lainnya dengan percaya diri.

Cokelat : Kusisipkan sebuah cokelat yg harganya tak seberapa tapi berharap dapat mewakilkan perasaanku agar kita yg mungkin saja entah kapan lagi dapat berjumpa akan selalu akrab dan saling memberikan rasa aman di masa depan seperti yg telah kita lakukan dalam empat tahun ini.

Hitam pada pita: ialah kehampaan ditinggalkan oleh sebagian dari kita serta rasa duka yg muncul dalam diri ini karena aku ditinggalkan, lebih tepatnya tertinggal oleh mereka.

Bohong!!! kalau kau sedikitpun tidak merasa iri ketika teman-teman sekelasmu mampu menyelesaikan study nya terlebih dulu. Ini bukan cerita tentang bagaimana rasanya begitu down dan khawatirnya karena ingin juga segera sidang sementara masih ada kontrak mata kuliah. Ini ialah sekumpulan kata yang sekedar mengomentari tanpa solusi mengapa mereka harus mempersiapkan 'sesuatu' untuk orang lain yg melaksanakan sidang. Tidak salah bagi orang-orang yg ikut riweuh mempersiapkan "tektek bengek" ketika atmosfir sidang menghampiri. Tapi bagiku, keriweuhan tersebut ialah suatu hal yg menjengkelkan yg sebenarnya tetap bisa kuhilangkan dengan sekali tidur malam saja. Orang-orang sibuk membeli bunga dengan harga yg lumayan dan kupikir bisa dijadikan amunisi untuk hidup ngekos seminggu kedepan. Namun tidak salah, kutegaskan. Orang-orang sibuk membeli boneka dengan harga yg lumayan pula dan kupikir bisa dijadikan amunisi untuk hidup ngekos seminggu kedepan lagi nya. Namun tidak salah, kutegaskan lagi.
Jujur, ini kali pertama kalinya aku meluangkan waktu dan menyisihkan bekalku untuk euforia sidang, karena mereka TEMAN SEKELASKU. Karena untuk teman-teman yg jarang ku temui, ucapan 'selamat, semoga berkah' di instagram dengan emot senyum atau balon dan terompet saja sudah cukup. Kata 'semoga' saja disana sudah merupakan satu kata yg 'mengharapkan keadaan yg baik' dikemudian hari.

Aku pernah bertanya " emang sidang kudu beli selempang ya? Emang sidang kudu ada yg dateng ya? Emang sidang kudu pake Jas?" Ke salah seorang temanku. Dan ia jawab "Gak harus. Gak penting. Pakaianmah kudu, biar rapi aja". Oke. Dan kusimpulkan poin pertama dan kedua gak penting yg juga seolah mendukung apa yg aku pikirkan. Mungkin, maksudnya karena momen ini sekali seumur hidup jadi banyak orang yg dateng biar banyak do'a adalah hal yg tidak salah.

Seperti, apa yg kamu tanam maka akan kamu tuai. Mungkin maksudnya kalau kita ngasih sesuatu ke orang lain, orang lain bakalan punya rasa ingin berbalas budi jadi nanti kita dikasih pula sama orang lain. Semacam barter hadiah (?)

Well, ku tegaskan TIDAK SALAH untuk ikut riweuh dengan sidang orang lain dan TIDAK SALAH juga untuk tidak merayakannya sepertiku. Inimah kulakukan karena mereka orang-orang yg hampir setiap hari berinteraksi denganku (atas sedikit rayuan dari temanku pula).

Tentang sidang, selesai.

Pertanyaan di malam hari dengan hangatnya kuah ramen di ramen AA digerlong. Seseorang kutanya dengan sedikit rengekan. "Kamu iri gak sama teman-teman mu disana yg sudah mulai sidang?" Ia menjawab diselingi seruputan kuah ramennya yg selalu pedas. "Manusia ya wajar punya rasa iri. Apalagi kondisi di luar sana banyak tekanan sana-sini. Sampe tukang cendol aja nanya kapan aku wisuda. Salahnya sih, mereka yg pada mau sidang tuh terlalu naif. Memperkirakan semuanya akan berjalan lancar dengan apa yg mereka inginkan. Tanpa peduli dengan keadaan orang sekitar. Kalem aja, tutup telinga. Nanti kita wisuda bareng". Diakhiri dengan dengusan sekali tarik ingusnya. Aku menatapnya secara seksama, memperhatikan kedua matanya yg selalu indah dengan hiasan alis nya yg tebal dibagian pinggir. "Iya sih, gak pure salah mereka. Emang udah waktunya buat sidang. Tapi ya, berisik aja ketelinga teu dimana-mana ngomongin sidang" tambahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar