![]() |
www.gambar-katakata.com |
Ini sebuah runtutan memori tentang penantian yang dimulai ketika aku menginjakan kaki di kota Bandung
“Mari bertemu di taman kampus depan dua patung kembar” itu
hanya sebuah usikan dari kelembaman yang telah lama bersarang, kembali bergetar
Bercerita bagaimana lukisan dengan background museum pendidikan
yang kala itu sudah lama sekali tapi masih belum kokoh berdiri
Aku, pendengar yang baik. Itu yang bisa kulakukan
Ada beberapa lempar tawa saat itu dibalik pantangnya kita
bertatap
“Mari kita pergi ke kedutaan besar negara lain di Jakarta,
aku ingin ke Australia. Oh ya, lalu mampir ke Kota Tua”, aku tersenyum dan
mengangguk. Cemas.
Berlalu,
“Mari menemukan keindahan kampung halaman kita, aku tau ada
jejaknya di museum Geologi”. Kita beriringan dengan selingan “Gedung yang
tinggi itu bisa diukur ketinggiannya kan tanpa harus praktek. Pakai ilusi
optik?” Aku kembali tersenyum serta menjelaskan sedikit teori fisika yang aku
ketahui. Aku ingat kita masih sempat berfoto disana, dengan senyuman.
Sampai pada suatu titik dimana aku tidak menyukainya. Ada sepatah
janji yang diucapkannya lalu tidak ditepati. Kemudian aku tau ia pergi untuk
menemui siapa.
Terakhir, setelah sekian lama. “Mari bertemu dipelataran
Al-Furqon, untuk yang terakhir kali” Aku yang memintanya. Tidak lebih dari lima
menit, hanya menepati janjiku ketika aku bernadzar “kalau aku di UPI”. “Berikan
aku semacam hadiah ya” katanya.
Aku menepatinya. Lalu pergi untuk yang terbaik, sepertinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar