ALien sereniTY

Jumat, 04 Mei 2018

wrapped it up! Perjalanan di Lima Tahun

http://www.desainsekarang.com


Saya pernah menjalani hal – hal paling berat selama 22 tahun dalam hidup saya. Tentang membangun semangat dan percaya diri dalam menulis skripsi. Banyak faktor yang mempengaruhi terhambatnya penulisan skripsi dan setiap orang akan memiliki faktor yang berbeda. Faktor pertama bukan berawal dari ketika kita mengontrak sidang skripsi tentunya, melainkan dengan perjalanan dari semester awal ketika kuliah. S1 untuk saat ini dipatok sampai dengan masa delapan semester. Bukan tidak mungkin bagi lulusan dokter sekalipun untuk menyelesaikannya dalam kurun waktu tersebut. Apalagi hanya untuk seseorang yang kuliah di jurusan Fisika. Entah saya harus menyalahkan siapa?, dari awal perkuliahan mulai terlihat bahwa saya mengalami beberapa kesulitan dari segi hasil nilai akhir. Saat itu hasil akhir nilai Kalkulus, Matfis 1, Fisdas 1, dan termodinamika yang harus MENGULANG. Shock? Jelas, tapi “What should I do? Cry?” ya, saya menangis tapi tidak lama. Kekacauan berlangsung lagi di semester lima ketika teman – teman saya sudah mengontrak mekanika, fisika modern, fisika zat padat dan lainnya di semester kemarin saya baru akan memulainya saat itu. Hasilnya? Fisika modern, fisika inti dan fisika kuantum saya harus MENGULANG. Alhasil di semester delapan yang seharusnya saya mulai untuk mengakhiri perkuliahan, saya masih menyisakan begitu banyak SKS untuk saya kontrak. Negosiasi berlangsung antara saya dan kedua orang tua yang pada akhirnya beliau memberikan saya kesempatan untuk menambah satu semester untuk menyelesaikannya.

Semester sembilan memang saya sudah mulai mengontrak skripsi, tapi waktu itu saya masih mengontrak mata kuliah fisika statistik dan bahkan mengulang fisika kuantum. Mulai dari bulan agustus, faktor kedua penghambat penulisan skripsi bagi saya muncul. Alih – alih saya merencanakan bahwa waktu liburan akan saya habiskan untuk membuat alat dan mengambil data, dibulan itu laptop saya harus diperbaiki selama satu bulan dan saya harus pergi meninggalkan kosan saya karena tidak sanggup membayar uang sewa. Kegiatan menulis masih tetap berlangsung di lab komputasi fisika sambil saya mencoba mengambil data awal yang akan saya gunakan untuk penelitian skripsi. Satu bulan berlalu dan akan memasuki September, data awal yang saya butuhkan belum saya dapatkan. Hal tersebut disebabkan tidak terdeteksi nya sinyal sensor yang saya gunakan oleh osiloskop. Bodohnya, waktu itu saya masih malas – malasan bertemu dosen pembimbing. Alasannya karena takut dan ya, semacam masih ada waktu dua bulan sampai Desember. (Padahal membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menulis sekalipun!). Di bulan itu pula, laptop yang baru selesai diperbaiki terjatuh dari ketinggian sekitar 1 meter dan mengalami kerusakan di bagian Hard disk. Bukan apa – apa memang, tapi saya shock berat saat itu. Draft awal tulisan saya yang saya simpan dan tidak ada copy revisi terbaru di disk lainnya hilang. Saya kembali menulis dari awal dengan bekal beberapa jurnal yang tersisa di flashdisk.

Bulan oktober saya  masih berkutat dengan penelitian awal yang saya rencakan dengan perasaan gelisah memikirkan “saya harus punya laptop!” tapi tidak mungkin untuk meminta ke orang tua. Memasukan proposal dan mendapatkan SK, kemudian sampai pada bulan November. Saya belum mendapatkan apa – apa!. Lagi – lagi “What should I do? Cry?”. Enggak! Saya gak akan selesai kalau menangis, kemudian saya memberanikan diri untuk mengobrol dengan dosen pembimbing yang sebenarnya dalam jangka waktu tiga bulan tersebut selalu bertanya kepada saya “Gimana Rahayu? Sudah sampai mana?” yang selalu saya jawab “Masih karakterisasi pak, dan menulis”. Padahal mau nulis apa? Data saja belum dapat dan saya gak ada ide sama sekali untuk nulis latar belakang sekalipun.

Lemahnya pengetahuan saya tentang penelitian yang direkomendasikan oleh dosen pembimbing menjadi sebuah hal yang sangat serius, hingga pada akhirnya saya mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang saya hadapi sambil merekomendasikan penelitian apa yang setidaknya bisa saya kerjakan dalam waktu tiga bulan mengambil data. Pembimbing saya menyetujui di bulan November untuk melakukan penggantian konten penelitian skripsi. Hal tersebut membuat saya harus kembali dari nol untuk mencari referensi dan studi literatur yang membutuhkan waktu satu bulan untuk saya mendapatkan draft kasar penulisan awal. Desember saya benar – benar berhenti karena terhalangnya ujian akhir dua mata kuliah yang saya kontrak di semester itu dan karena libur semester datang yang menyebabkan pikiran saya terbagi karena ingin pulang, disini sudah tidak betah dan tidak kondusif.

Bulan Januari yang saya lakukan adalah menangis, meminta maaf kepada kedua orang tua saya karena tidak bisa menepati janji untuk lulus di bulan ini dan beberapa hal yang tidak perlu disebutkan, akhirnya kedua orang tua saya meskipun memang berat beliau mengusahakan untuk membayar kembali SPP semester itu. Saya melemah di semester ini, menganggap diri saya adalah mahasiswa paling bodoh karena tidak bisa selesai tepat waktu dan tentunya tidak bisa membayar SPP sendiri atas kelalaian diri sendiri. Masih di Januari, saya berusaha keras untuk mendapatkan data awal yang saya butuhkan dan tentunya menghilangkan faktor – faktor luar yang dapat menggangu seperti menonaktifkan instagram, grup – grup line yang selalu membahas “sidang” sejak bulan Agustus lalu dan lebih memantapkan hati untuk tidak mengindahkan omongan orang lain. Bulan ini saya benar – benar menjadi seorang yang apatis (padahal biasanya selalu seperti itu). Saya tidak tahu kondisi “luar”, yang saya kerjakan adalah berdiam di lab selama 11 jam dan hampir setiap hari dalam lima hari. Mengumpulkan keberanian dan kepercayaan diri, dan hikmahnya saya merasa dekat dengan Tuhan. Selalu diiringi do’a “Saya harus lulus bulan februari”.

Memasuki februari, saya selesai mengambil data awal bahkan data uji prototipe yang saya butuhkan (data akhir). Saya langsung mengolah data tersebut dan mendeskripsikannya kedalam tulisan. Minggu kedua februari, hasil data tersebut saya laporkan kepada dosen pembimbing. Tiga kali pertemuan di minggu kedua tersebut menghasilkan pernyataan “kamu harus mengulang data, ini tidak relevan dan tidak masuk akal!”. Saya gemetar dihadapan dosen pembimbing, mungkin sudah terlihat seperti akan menangis. Bab 4 yang saya ajukan ke dosen pembimbing dengan total kurang lebih 50 halaman itu, bahasa kasarnya “di tolak!”. Terjadi di minggu kedua februari, dan target adalah bulan februari!.

Minggu ketiga februari, saya mereduksi uji prototipe (data akhir) yang saya ambil. Ternyata dua hari pun selesai, saya senang tapi belum bisa benar – benar senang karena belum mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Waktu itu, pagi – pagi saya menemui beliau dengan semangat. Berharap mendengar kata “ACC Bab 4”. Setelah berdiskusi panjang dan sedikit terbata – bata untuk saya ketika menjelaskan kepada beliau, mungkin karena kasihan juga beliau berkata “Hari rabu diskusi Bab 1 – 3 ya!” iya, hari itu hari senin. Saya senang karena hal yang saya kerjakan memiliki progress pada akhirnya. Saya molor sampai hari kamis dan baru menyerahkan Bab 1 – 3 kepada beliau. Kemudian mengalami beberapa kali revisi penulisan, yang memang wajar.

13 Maret 2018, akhirnya tulisan ACC di lembar pengesahan yang dibubuhi tanda tangan kedua pembimbing terpampang nyata, saya dipersilahkan telaah skripsi oleh pembimbing. Saya mulai menyerahkan draft kepada penguji telaah yang menghabiskan waktu satu minggu. Kemudian saya merevisi nya dengan waktu satu bulan. Padahal untuk revisi telaah harusnya dapat selesai dalam waktu paling lama dua minggu. Kenapa saya menyelesaikannya dalam waktu sebulan? Karena bad habit yang saya miliki. Menganggap waktu masih ada sampai bulan April. Karena daftar sidang di bulan Maret saat itu sudah tidak mungkin.

Satu minggu waktu revisian hasil telaah, saya benar – benar tidak mengerjakan apa – apa. Kemudian minggu berikutnya saya sakit. Baru minggu ketiga saya bisa menyelesaikan revisi. Akhirnya di tanggal 14 April saya benar – benar menyelsaikan skripsi yang saya kerjakan dan saya tulis dan mulai bisa mendaftarkan ujian sidang.

26 April 2018 saya mulai membuka kembali PPT skripsi yang telah saya kerjakan. Note di tampilan layar mengatakan bahwa terakhir kali saya membuka PPT tersebut adalah 6 April 2018. Memang saya tipe yang tidak mau terlibat interaksi terlalu banyak jika saya sudah menyelesaikan suatu hal di awal. Kenapa? Suka deg – degan. Malam itu, mulai saya membaca slide PPT yang pernah saya kerjakan tersebut. Terlintas kembali pertanyaan – pertanyaan yang pernah dosen penguji ajukan ketika telaah, saya deg – degan, kepala mulai terasa membesar lalu tidak habis membaca sampai pada pembahasan saya memutuskan untuk tidur.

Esoknya 27 April 2018, waktu ujian sidang dimulai. Pukul 08.00 saya harus memulai, dan sekitar 07.50 baru menyadari kalau slide rekomendasi tidak ada dalam PPT. “Ceroboh”. Pukul 08.00 saya memulai dengan pertanyaan “Saudari Rahayu, apakah anda siap … ?” saya tidak langsung menjawab karena saya pikir pertanyaan tersebut ada lanjutanya, sampai pembimbing bertanya dua kali “Apakah anda siap?”. “Siap”, saya jawab. Mulai dari ucapan basmallah kemudian menyebutkan nama, judul skripsi, dosen pembimbing, serta latar belakang mengambil judul tersebut. Seperti yang direncanakan dan telah saya praktekan berulang – ulang di malam sebelumnya, saya berhasil menyebutkan nama saya sendiri, nama pembimbing, judul skripsi, serta latar belakang pengambilan judul dengan lantang dan jelas tanpa melihat slide. Sejak semalam, yang saya praktikan hanya itu sampai jumlah rekaman di handphone saya berisi 23 file hanya untuk hal tersebut. Persentasi selanjutnya? Ya mengalir, pertanyaan dosen penguji siapa yang tahu kan? Hehe. Hal yang saya syukuri adalah saya mengikuti arahan dosen pembimbing ketika persentasi untuk tidak membawa catatan sekalipun, dan well itu terasa lebih baik ternyata.

Slide yang hanya berjumlah 23 termasuk halaman judul dan terimakasih tersebut saya paparkan, dengan beberapa hal – hal yang tidak terduga. Saya menggambar di papan tulis, memperagakan, mengemukakan alasan, serta menatap mata para dosen penguji secara langsung ketika beliau bertanya. Tips ketika dosen penguji bertanya, biarkan beliau untuk menyelesaikan pertanyaannya. Berikan waktu jeda satu detik untuk kemudian menjawab. Untuk memahami pertanyaan, ya ketika dosen penguji bertanya. Singkirkanlah kebiasaan spontanitas menjawab. Sampai pada slide pembahasan, kedua penguji sudah mulai menuliskan nilai persentasi saya dan suasana mulai sedikit tidak kondusif, konsentrasi saya mulai bias. Salah satu penguji yang memang agak datang terlambat masih terus bertanya, dan cukup alot karena konsentrasi yang mulai bias sehingga pemahaman saya sedikit kacau. Slide pembahasan yang sudah siap ditampilkan dengan jumlah sembilan slide tersebut hanya satu yang berhasil saya tampilkan. Penguji hanya meminta saya menjelaskan “Bagaimana hal tersebut terjadi? Dan kondisi apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?”. Saya menjawab dengan penuh percaya diri, karena itu hasil penelitian saya. Saya tahu kenapa hal tersebut dapat terjadi. Selesai bertanya saya bermaksud untuk menampilkan slide kesimpulan namun terpotong dengan pernyataan “Baik, terimakasih saudari Rahayu untuk hasil akhirnya silahkan tunggu keputusan yudisium dari Departemen”. Saya masih terdiam, tidak percaya, namun senyum tidak bisa saya lewatkan. Mungkin orang – orang yang waktu itu melihat saya ujian sidang berhasil memotret senyuman terindah saya dengan matanya sendiri.

Hari itu akhirnya datang, dan hari itu juga akhirnya selesai. Saya masih merasa hal tersebut seperti sebuah mimpi yang saya mimpikan sejak satu tahun lalu. Sejak teman – teman sekelas saya sudah beranjak terlebih dahulu. Hari itu menyenangkan, saya tidak bisa berhenti tersenyum ditambah ada seseorang (?) yang saya inginkan menemani diri ini melangkah setelah kebingungan ketika jadwal yudisium selesai, karena memang teman – teman yang dapat menyempatkan hadir untuk mengucapkan selamat hanya segelintir. 

Ini berakhir, untuk memulai suatu yang baru dan tentunya suatu saat harus ku akhiri juga dan memulai lagi yang baru. Itu adalah siklus kehidupan manusia. 

Selamat Sarjana, Rahayu Dwi Harnum. Akhirnya di 27 April 2018, Geheng Enol Satu Officially Sarjana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar